KEISTIMEWAAN SEDEKAH DI JALAN ALLAH MENURUT 3 KITAB TAFSIR
Firman Allah.“Artinya : Dan barang apa saja
yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi
rizki yang sebaik-baiknya” [Saba’ : 39] Dalam menafsirkan
ayat di atas, Al-Hafizh Ibnu katsir berkata : “Betapapun sedikit apa
yang kamu infakkan dari apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan apa
yang diperbolehkanNya, niscaya Dia akan menggantinya untukmu di
dunia,
dan di akhirat engkau akan diberi pahala dan ganjaran, sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits ..”
Imam Ar-Razi berkata, ‘Firman
Allah : “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan
menggantinya” adalah realisasi dari sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam : “Tidaklah para hamba berada di pagi hari ….” [Al-Hadits]. Yang
demikian itu karena Allah adalah Penguasa, Mahatinggi dan Mahakaya. Maka
jika Dia berkata : “Nafkahkanlah dan Aku yang akan menggantinya”, maka
itu sama dengan janji yang pasti Ia tepati. Sebagaimana jika Dia berkata
: ‘Lemparkalah barangmu ke dalam laut dan Aku menjaminnya”
Maka, barangsiapa berinfak berarti dia telah memenuhi syarat untuk
mendapatkan ganti. Sebaliknya, siapa yang tidak berinfak maka hartanya
akan lenyap dan dia tidak berhak mendapatkan ganti. Hartanya akan hilang
tanpa diganti, artinya lenyap begitu saja.
Yang mengherankan,
jika seorang pedagang mengetahui bahwa sebagian dari hartanya akan
binasa, ia akan menjualnya dengan cara nasi’ah (pembayaran di belakang),
meskipun pembelinya termasuk orang miskin. Lalu ia berkata, hal itu
lebih baik daripada pelan-pelan harta itu binasa. Jika ia tidak
menjualnya sampai harta itu binasa maka dia akan disalahkan. Dan jika
ada orang mampu yang menjamin orang miskin itu, tetapi ia tidak
mejualnya (kepada orang tersebut) maka dia disebut orang gila.
Dan sungguh, hampir setiap orang melakukan hal ini, tetapi masing-masing
tidak menyadari bahwa hal itu mendekati gila. Sesungguhnya harta kita
semuanya pasti akan binasa. Dan menafkahkan kepada keluarga dan
anak-anak adalah berarti memberi pinjaman. Semuanya itu berada dalam
jaminan kuat, yaitu Allah Yang Maha Tinggi. Allah berfirman : “Dan
barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Dia pasti menggantinya”.
Lalu Allah memberi pinjaman kepada setiap orang, ada yang berupa tanah,
kebun, penggilingan, tempat pemandian untuk berobat atau manfaat
tertentu. Sebab setiap orang tentu memiliki pekerjaan atau tempat yang
daripadanya ia mendapatkan harta. Dan semua itu milik Allah. Di tangan
manusia, harta itu adalah pinjaman. Jadi, seakan-akan barang-barang
tersebut adalah jaminan yang diberikan Allah dari rizkiNya, agar orang
tersebut percaya penuh kepadaNya bahwa dia berinfak, Allah pasti akan
menggantinya. Tetapi mesti demikian, ternyata ia tidak mau berinfak dan
membiarkan hartanya lenyap begitu saja tanpa mendapat pahala dan
disyukuri. [At-Tafsir Al-Kabir, 25/263]
Selain itu, Allah
menegaskan janjiNya dalam ayat ini kepada orang yang berinfak untuk
menggantinya dengan rizki (lain) melalui tiga penegasan. Dalam hal ini,
Ibnu Asyur berkata : “Allah menegaskan janji tersebut dengan kalimat
bersyarat, dan dengan menjadikan jawaban dari kalimat bersyarat itu
dalam bentuk jumlah ismiyah dan dengan mendahulukan musnad ilaih
(sandaran) terhadap khabar fi’il nya yaitu dalam firmanNya : “Fahuwa
Yukhlifuhu”. Dengan demikian, janji tersebut ditegaskan dengan tiga
penegasan yang menunjukkan bahwa Allah benar-benar akan merealisasikan
janji itu. Sekaligus menunjukkan bahwa berinfak adalah sesuatu yang
dicintai Allah. [Tafsirut Tahrir wa Tanwir,22/221]
Dan sungguh
janji Allah adalah sesuatu yang tegas, yakin, pasti dan tidak ada
keraguan untuk diwujudkannya, walaupun tanpa adanya penegasan seperti di
atas. Lalu, bagaimana halnya jika janji itu ditegaskan dengan tiga
penegasan ?
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِى سَبِيلِ اللَّهِ كُتِبَتْ لَهُ بِسَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ
“Barangsiapa menginfakkan hartanya di jalan Allah maka di tetapkan
pahala baginya 700 kali lipat“ (HR. Tirmidzi : 6/363 dengan sanad hasan).Artinya
Resources:Yusuf Mansur nw
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
"Barangsiapa yang mengajak ke arah kebaikan, maka ia memperoleh pahala sebagaimana pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka yang mencontohnya itu, sedang barangsiapa yang mengajak kearah keburukan, maka ia memperoleh dosa sebagaimana dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka yang mencontohnya itu." (HR Muslim)
0 komentar