BETAPA ISLAM MEMULIAKAN WANITA
Di muka bumi ini tidak ada agama yang sangat
memperhatikan dan mengangkat martabat kaum wanita selain Islam. Islam
memuliakan wanita dari sejak ia dilahirkan hingga ia meninggal dunia.
Islam benar-benar telah mengangkat
harkat dan martabat kaum wanita dan memuliakannya dengan kemuliaan yang
belum pernah dilakukan oleh agama lain. Wanita dalam Islam merupakan
saudara
kembar laki-laki; sebaik-baik mereka adalah yang terbaik bagi
keluarganya. Wanita muslimah pada masa bayinya mempunyai hak disusui,
mendapatkan perhatian dan sebaik-baik pendidikan dan pada waktu yang
sama ia merupakan curahan kebahagiaan dan buah hati bagi kedua ibu dan
bapaknya serta saudara laki-lakinya.
Apabila wanita telah
memasuki usia remaja, ia dimuliakan dan dihormati. Walinya cemburu
karenanya, ia meliputinya dengan penuh perhatian, maka ia tidak rela
kalau ada tangan jahil menyentuhnya, atau rayuan-rayuan lidah busuk atau
lirikan mata (pria) mengganggunya.
Di antara penghargaan Islam
kepada wanita adalah bahwasanya Islam memerintahkan kepadanya hal-hal
yang dapat memelihara, menjaga kehormatannya dan melindunginya dari
lisan-lisan murahan, pandangan mata pengkhianat dan tangantangan jahat.
Maka dari itu, Islam memerintahkan kepadanya berhijab dan menutup aurat,
menghindari perbuatan tabarruj (berhias diri untuk umum), menjauh dari
perbauran dengan laki-laki yang bukan mahramnya dan dari setiap hal yang
dapat menyeret kepada fitnah.
Bandingkanlah penghargaan Islam
terhadap wanita yang telah menjadikannya sebagai manusia yang mulia dari
pada sistem-sistem yang memandang wanita sebagai sumber kejahatan dan
dosa, sistem yang telah merampas hak-haknya di dalam kepemilikan dan
tanggung jawab dan menjadikan wanita hidup berlumur kehinaan dan
kenistaan serta menganggapnya sebagai makhluk najis?! Dan mana bandingan
penghargaan Islam kepada wanita daripada orang-orang yang menjadikan
wanita sebagai barang dagangan yang memperjualbelikan jasadnya di dalam
berbagai promosi bisnis dan iklan?!
Peradaban modern memandang
bahwasanya hijab wanita dan kesucian dirinya sebagai ketertinggalan dan
keterbelakangan, dan bahwasanya wanita harus menjadi boneka yang dapat
dipermainkan oleh setiap laki-laki ‘mata keranjang’, dan itulah rahasia
kebahagiaan menurut mereka.
Mereka tidak menyadari bahwasanya tabarruj dan telanjangnya kaum wanita adalah sebab dari kesengsaraan dan siksaannya.
Karena jika tidak, lalu apa hubungan kemajuan dan pengajaran dengan
tabarruj, penampakan anggota-anggota badan wanita yang penuh dengan
fitnah, porno, pamer kecantikan, buka dada, paha dan hal yang lebih
dahsyat dari itu?!
Apakah memakai pakaian transparan, tembus pandang dan pendek itu bagian dari alat-alat peraga pendidikan dan pengajaran??!
Kemudian, kemuliaan yang mana ketika foto-foto wanita-wanita cantik
ditampilkan dalam iklan-iklan, pornografi dan berbagai promosi??!
Kenapa yang laris di kalangan mereka hanya wanita-wanita cantik saja?
Lalu apabila kecantikan dan keindahannya itu sudah sirna mereka
diabaikan dan dicampakkan bagaikan barang yang sudah kadaluwarsa!?
Lalu apa bagian-bagian wanita yang kurang cantik dari peradaban modern
ini?! Apa bagian untuk ibu yang lanjut usia, nenek dan wanita-wanita
jompo?!
Sesungguhnya bagian mereka yang paling baik (menurut
peradaban modern) adalah ditempatkan di tempat-tempat penampungan dari
panti-panti jompo di mana mereka di sana tidak dikunjungi dan tidak juga
ditanya tentang keadaannya.
Memang ada di antaranya yang
mendapat gaji pensiunan atau yang serupa dengannya yang mereka habiskan
hingga tutup usia, tetapi di sana tidak ada hubungan silaturahim, tidak
ada kerabat dekat, tidak pula teman setia.
Adapun wanita di
dalam Islam, semakin lanjut usia mereka semakin dihormati, semakin besar
pula hak mereka dan semakin berlomba-lomba anak-anak dan kerabat
dekatnya untuk berbuat yang terbaik kepada mereka -sebagaimana
dikemukakan di atas- karena mereka telah selesai melakukan tugasnya, dan
yang tersisa adalah kewajiban anak-anak, cucu, keluarga dan masyarakat
terhadap mereka.
Sedangkan tuduhan dan anggapan bahwa hijab dan
menjaga kesucian diri itu sebagai tanda ketertinggalan dan
keterbelakangan adalah tuduhan dan anggapan bathil lagi palsu.
Sesungguhnya tabarruj dan pamer kecantikan itulah sebenarnya
kesengsaraan dan adzab, dan itulah keterbelakangan yang sebenarnya.
Bila pembaca ingin dalilnya bahwa tabarruj dan pamer kecantikan adalah
keterbelakangan, maka perhatikanlah dekadensi moral manusia yang tampak
pada orang-orang hina bugil yang serba telanjang, mereka yang hidup di
berbagai kenistaan yang mirip dengan keadaan hewan. Maka sesungguhnya
mereka tidak berjalan menuju tangga-tangga kebudayaan dan peradaban
kecuali sesudah mengenakan pakaian.
Orang yang memperhatikan
dan mengikuti kondisi mereka di dalam kemajuannya dapat melihat bahwa
sesungguhnya setiap kali mereka meraih suatu kemajuan di dalam
peradaban, semakin bertambah pula prosentase wanita-wanita telanjang,
sebagaimana yang tampak bahwasanya peradaban barat sedang berada di
jalan menuju kehancurannya, mundur ke belakang selangkah demi selangkah,
hingga berakhir pada telanjang bulat, di kota-kota orang-orang
telanjang semakin luas sesudah perang dunia pertama. Kemudian penyakit
itu makin dan bertambah serius di tahun-tahun terakhir ini.
Demikianlah menjadi lebih jelas bagi kita betapa keagungan kedudukan,
harkat dan martabat wanita di dalam Islam adalah mulia dan terhormat.
Resources:Yusuf Mansur.nw
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
"Barangsiapa yang mengajak ke arah kebaikan, maka ia memperoleh pahala sebagaimana pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka yang mencontohnya itu, sedang barangsiapa yang mengajak kearah keburukan, maka ia memperoleh dosa sebagaimana dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka yang mencontohnya itu." (HR Muslim)
0 komentar