Kumpulan Do'a

Kumpulan Doa Qur'an Hadits

Title 2

Isi konten 2

Title 3

Isi konten 3

Title 4

Isi konten 4

Title 5

Isi konten 5

Statistic


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Barangsiapa yang mengajak ke arah kebaikan, maka ia memperoleh pahala sebagaimana pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka yang mencontohnya itu, sedang barangsiapa yang mengajak kearah keburukan, maka ia memperoleh dosa sebagaimana dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka yang mencontohnya itu." (HR Muslim)

BAHAYANYA PERCAYA PERBINTANGAN, MBAH DUKUN 

 Perdukunan dan ramalan zodiak (rasi perbintangan), keduanya berkaitan dengan masalah mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib. Yang dimaksud perkara ghaib, yaitu perkara yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera. (Lihat ‘Alamus Sihr, hlm. 263, karya Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar). Termasuk perkara ghaib adalah apa yang akan terjadi. Sesungguhnya yang
mengetahui perkara ghaib hanyalah Allah Ta’ala. Dia berfirman:

قُل لاَّ يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ

Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah." [An Naml : 65].

Perdukunan dan ramalan zodiak sama-sama haram. Kemudian perlu diketahui, yang dimaksudkan dengan dukun di sini, ialah yang bahasa arabnya adalah kahin atau ‘arraf, yaitu orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib, apa yang akan terjadi, tempat barang hilang, pencuri barang, isi hati orang dan semacamnya, meskipun di masyarakat dikenal dengan sebutan kyai, orang pintar, orang tua atau lainnya. Mendatangi dukun seperti ini haram hukumnya. Barangsiapa mendatanginya dan bertanya sesuatu kepadanya, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima oleh Allah Ta’ala. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Barangsiapa mendatangi ‘arraf, lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, tidak akan diterima darinya shalat 40 hari. [HR. Muslim, no. 2.230].

Dalam hadits lain, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى حَائِضًا أَوْ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا أَوْ كَاهِنًا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Barangsiapa mendatangi (yakni menggauli/mengumpuli) wanita haidh atau mendatangi (yakni menggauli/mengumpuli) wanita pada duburnya atau mendatangi kahin (dukun), maka dia telah kafir kepada (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. [HR Tirmidzi, Abu Dawud, dan lain-lain].

Ilmu At Ta’tsir (astrologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang bintang, dengan anggapan bahwa bintang-bintang itu memiliki pengaruh; termasuk ramalan zodiak bintang). Ini ada tiga:

1. Seseorang meyakini bahwa bintang-bintang memiliki pengaruh, sebagai pelaku, dalam arti bahwa bintang-bintang itu yang menciptakan kejadian-kejadian dan keburukan-keburukan. Demikian ini termasuk kategori syirik akbar (syirik yang lebih besar, orangnya kafir atau murtad jika dia orang Islam). Karena, barangsiapa mengakui ada pencipta lain yang menyertai Allah (selain Dia), maka dia musyrik, yaitu melakukan perbuatan syirik yang besar. Sebab dia telah menjadikan makhluk yang ditundukkan (yaitu bintang), menjadi pencipta yang menundukkan.

2. Seseorang menjadikan bintang-bintang sebagai sebab, sehingga berdasarkan bintang-bintang itu, dia mengklaim mengetahui ilmu ghaib. Dia mengambil petunjuk dengan gerakan bintang-bintang, perpindahannya dan perubahannya, bahwa akan terjadi demikian dan demikian karena bintang anu telah menjadi demikian dan demikian. Seperti seseorang mengatakan “Orang ini kehidupannya akan celaka karena dia dilahirkan pada bulan ini dan itu”, “Orang ini kehidupannya akan bahagia karena dia dilahirkan pada bulan ini dan itu”. Orang yang berkata seperti ini telah menjadikan perbintangan sebagai sarana untuk mengklaim ilmu ghaib. Sedangkan klaim bahwa dia tahu ilmu ghaib merupakan kekufuran yang mengakibatkan keluar dari agama. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُل لاَّ يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ

Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah." [An Naml : 65].

Maka barangsiapa mengaku telah mengetahui terhadap ilmu ghaib, berarti dia telah mendustakan Al Qur’an.

Maka barangsiapa mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib atau membenarkan orang yang mengaku-ngaku hal itu, maka dia musyrik, kafir. Karena dia mengaku-ngaku menyamai Allah dalam perkara yang termasuk kekhususan-kekhusuanNya.” [kitab At Tauhid, hlm. 31].

Seperti : dukun, tukang tenung atau yang sejenisnya. Kenyataan ini bisa didapati pada banyak negara Islam. Ini adalah kekeliruan yang sangat berbahaya dalam aqidah, karena merupakan perbuatan menyekutukan Allah dengan selainNya dalam hal yang menjadi kekhususan Allah, yaitu mengetahui perkara ghaib.
Dalam sebuah hadits,

مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Barangsiapa yang mendatangi tukang tenung atau dukun, lalu ia percaya dengan apa yang dikatakan dukun atau tukang tenung itu, berarti ia telah kafir dengan apa yang telah diturunkan kepada Muhammad. [HR. Imam Ahmad]

Dukun-dukun itu telah banyak merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Masyarakat telah mengeluarkan banyak harta demi mendapatkan ilmu ghaib –menurut sangkaan mereka- dan terkadang sang dukun memberitahukan kepada mereka beberapa perkara, sebagiannya (kebetulan-pent) benar dan sebagiannya lagi bohong. Bahkan sebagian besar adalah bohong. Sehingga terbaliklah tolok ukur kehidupannya, yaitu banyak orang mengatur hidup mereka berdasarkan saran-saran yang disampaikan oleh sang pendusta yang mengaku mengetahui perkara ghaib.

Allah berfirman kepada NabiNya,

قُل لآَّأَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَامَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Katakanlah,"Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman. [Al A’raf : 188].

Resources: Yusuf Mansur nw 

Followers